Kalau tidak salah ingat seharusnya trip Dieng ini kuikuti pada bulan maret atau april 2015 lalu.. karena ada satu dan lain halnya membuat aku mencari trip lainnya yang akan pergi ke Dieng.
muncul diantara beberapa trip agency yang ada di instagram yang menawarkan trip ke Dieng.
yang harus dilakukan selanjutnya adalah tentunya menambah keceriaan didalamnya dengan mengajak teman-teman terdekatku.
Togar, pacarku tentunya menjadi paketan pada saat aku mengiyakan mengikuti trip ini *alafffuuu*
Mutiara teman sejati tripku tentunya karena dia dugong dan sejenis duyung sejati tentunya tak bisa kuiikutsertakan didalamnya, ditambah pekerjaan kantor yang cukup membuat kita tidak mengenal satu dan lainnya couple months (till now actualy, tapi mendingan lah)
Anda, "Nyonya" satu ini memang partner in crime saya.. yang bisa diandalkan baik trip gunung maupun laut, tentunya dia ikut dalam trip ini.
Trip ke baduy waktu itu (belum kutulis sepertinya hahha) membuat kita menambah personil trip baru yaitu
Yolyus "yoyo" yang dimana kebalikan dari Mutiara, dia adalah travelers gunung sejati.. jadi.. "say no for beach"
Michele atau celebong adalah teman gereja, adiku yang kubenci dan kusayang teramat sayang.. "sayangnya" hahaha.. ingin memulai trip barunya kembali dan menyicil keinginannya menjadi seorang traveler.
pasangan
Erika dan
Mamet. mereka adalah kawan dari Togar, aku baru sekali bertemu dengan mamet, dan melalui trip ini aku mempunyai teman baru yang sangat menyenangkan yaitu Erika.
well..
the story begins..
Sesuai dengan jadwal dan ittinerary yang diberikan Jamal, kami berkumpul di stasiun senin pukul 21.00 pada hari
Jumat, 17
april 2015. setelah menikmati makanan di pinggir jalan stasiun senen, kami berjumpa dengan kawan-kawan ngetrip mulu di depan dunkin.
oh ya! dengan pintarnya, saking sibuknya mengingatkan orang lain untuk memberikan ID dan nama lengkap agar dibelikan tiket PP kereta, aku tidak memberikan info milikku kepada jamal.. untungnya ada KTP temannya yang bisa dipinjam dengan wajah yang tidak terlalu jelas penampakannya (selain berambut panjang) dengan nama "raisya" (terimakasih raisyaa).. jadi untuk sementara, tolong panggil saya "sya.. raisya" hahahha..
kami duduk bersebelahan di dalam kereta, dan menikmati perjalanan bangun-tidur-lapar kami yang silih berganti selama +/- 12 Jam lamanya untuk sampai di Purwakerto.
Kira-kira pukul 08.00 - an pagi kami sampai dan menaiki bis untuk menuju beberapa tempat wisata di daerah wonosobo dan sekitarnya. tentunya tidak lupa makan pagi menjelang siang yang sudah kami tunggu".
2 jam lamanya perjalanan kami untuk sampai di tempat makan tersebut, nama tempatnya adalah "Mie Ongklok".selama perjalan kami sangat merasa senang dan terhibur (aku rasa semua orang di bis juga terhibur dengan apa yang kami suguhkan hahhaa). Yoyo membawa gitalele miliknya dan mulai mengalunkan berbagai dendang lawas yang dibawakan dengan ceria.
"Mie Ongklok Longkrang"
Raisya : "Bu, ini kenapa disebut mie ongklok?'
Ibu : "ya ini karna mie-nya di ongklok-ongklok dek"
.......................
*ongklok-ongklok : mie direbus lalu sebelum dituangkan kedalam piring diketok" / diongklok" terlebih dahulu"*
........................
baiklah..
hahahaha
tapi aku suka dengan rasa mie-nya.. walaupun anda tampak kurang menyukainya, tapi tidak dengan gorengannya. entah karena lapar atau memang enak kami menghabiskan banyak gorengan, 30 tusuk satepun habis kami lahap hahaha..
Telaga Warna
Ini adalah destinasi pertama kita, Telaga Warna 2000 mdpl. kenapa disebut telaga warna? karena warna dari telaga ini dapat berubah-ubah warnanya terkadang hijau, kuning atau warna-warni seperti pelangi. berdasarkan apa yang kutahu, air di dalam telaga ini mengandung sulfur yang cukup tinggi sehingga sinar matahari dapat membuatnya nampak ber warna-warni.
sayangnya, pada saat kami sampai disana hujanlah yang menyambut kami sekitar 15-20 menit lamanya, sehingga penampakan yang terlihat bukanlah warna warni dari telaga tersebut, melainkan warna warni jas hujan yang kami kenakan :) .
Disekitar Telaga Warna Dieng ini terdapat beberapa gua yang kita datangi, seperti :
Goa Semar, Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati, Goa Sumur Eyang Kumalasari, Goa Jaran Resi Kendaliseto, dan Batu Tulis Eyang Purbo Waseso.
ada beberapa tempat yang menarik perhatianku karena ceritanya, contohnya :
Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Pada legend yang dipampang disebelahnya terdapat tulisan yang kurang lebih seperti ini :
"Bagi orang tua yang anak-anaknya belum bisa membaca dapat membawa anaknya agar dapat segera mampu membaca",
begitu juga
Goa Semar Pertapaan Mandalasari Begawan yang dimana konon Alm, Pak Harto sering datang untuk bertapa disini, tidak hanya alm. Pak Harto tapi juga beberapa petinggi lainnya agar meminta keselamatan dengan bersemedi didalamnya.
Berikut
Goa Jaran Resi Kendalisto. Goa Jaran atau Goa Kuda dikisahkan dulu adalah tempat pertapaan Resi Kendaliseto dimana konon ketika hujan deras, ada seekor kuda yang berteduh didalamnya dan keesokan harinya ketika kuda itu keluar telah berbadan dua. semenjak itu dipercayai gua ini dapat digunakan semedi para wanita yang sulit mendapatkan keturunan.
Bukit Pandang Ratapan Angin
oke.. yang kudengar untuk sejarah tempat ini dan hasil mbah-googling sebelum join the trip, tempat ini ada karena bentuk "kesetiaan dan pengkhianatan". Dimana cinta yang bersemi antara putri dan pangeran yang cantik jelita dan tampan itu tergoyahkan oleh adanya cinta ketiga dari pihak sang putri. pada saat sang pangeran mengetahuinya, perkelahian terjadi dan dikutuklah sang putri menjadi batu yang tertunduk dan sang pria menjadi batu yang berdiri, dan setiap angin kencang berhembus terdengar suara aneh dari arah sana "inilah suara ratapan penyesalan dari keduanya".
Kawasan Candi Dieng
Sesampainya kami disini, sudah hampir gelap dan cuaca mulai terasa dingin. ditempat ini dapat mencapai 10-15 derajat lhoo.. untungnya kami tidak salah kostum saat itu.
Berbeda mungkin dengan blog lainnya, hal yang menarik perhatianku pada saat memasuki kawasan candi ini adalah duo pitbull yang bernama Memes dan Breeno.
kedua anjing ini sudah sangat terlatih dan sangat bersahabat sehingga cukup lama membuat perhatianku hanya tertuju kepada mereka.
Tidak banyak yang bisa kuceritakan dari kawasan candi ini selain cerita dahulu mengenai tentara inggris yang menemukan candi ini dibawah telaga dan mengupayakan agar dikeringkan dan dapat dilestarikan.
Candi Dieng Wonosobo ini merupakan sebuah kompleks percandian, dimana terdiri dari beberapa gugusan candi yang tersebar agak berjauhan.
terdapat 3 gugusan candi dan 1 buah candi yang berdiri sendiri yaitu : kompleks Candi Gatotkaca, Komplek Candi ARjuna, Komplek Candi Dwarawati dan Candi Bima.
itulah kegiatan kamipada hari Sabtu, 18 April 2015.
ya... tentunya tak ada yang lebih menyenangkan daripada kasur dan air hangat. "Tulip Inn" adalah tempat kami menginap, tempatnya bersih pemiliknya ramah dan air panasnya selalu ada :). setelah bersih-bersih kami disuguhkan makanan ..
"entok ini.. sebangsa ayam atau bebek ya?" tanya anda kepada si bapak yang menyuguhkan makanan kami
"bukan ayam, bukan bebek, tapi entok ya entok... "
hahaha.. itulah anda,, selalu ada saja yang menghibur darinya :p alaffuu mba ndaa
pada kesimpulannya "entok itu,. itik tauu" kata anda. :)
tidak cukup hanya dengan makanan itu, kami memesan kembali indomie kuah pakai telur.. well.. hidup ini indah ya? *baca: timbunan lemak nan bahagia*
Pukul 00.15 Minggu 19 April 2015 , kami bersiap-siap untuk menaiki Dieng Prau yang berkisar 3jam pendakian lamanya hingga tempat sunrise terbaik dengan kisaran ketinggian 2500mdpl.
perjalanan ini sungguh menjadi pergumulan untuk saya karena kondisi kaki yang tidak memungkinkan. Knee support, Aerosol, Counterpain menjadi teman saya dari awal perjalanan dan tentunya doa yang terpenting.
kondisi pada saat itu cukup dingin 10-15 derajat dan baru saja turun hujan sehingga agak licin jalan-jalan yang kami tempuh. pada akhirannya 3,5 jam lamanya kami berhenti untuk menyaksikan sunrise kami di ketinggian 2458mdpl. yang bisa aku ucapkan saat itu adalah "ini indonesiaku" dan "terimakasih Tuhan".
"Dieng
Prahu" tak ditunggu lama aku mengeluarkan kamera yang senantiasa menemani hari-hari ku sony nex5T dengan lensa favoritku 35mm f/1.8 nikon.
ya.. aku bangga menjadi warga negara indonesia, aku bangga dengan indonesiaku. tak bisa kutuangkan betapa indahnya saat itu dan betapa bahagianya keindahan itu kubagi bersama orang-orang yang menyenangkan.
untuk menuruni dieng prau ini dibutuhkan 2,5 jam dimana aku membulatkan tekat untuk tidak menyusahkan orang lain (walaupun memang selalu menyusahkan, terutama togar pacarku,, hehe dan teman" terdekatku, intinya semua orang.. hahaha.. tetapi tidak pada saat itu dimana kondisi fisik semua orang sudah sangat lelah) puji Tuhan aku bisa dengan cepat menuruninya, tentunya kami semua turun dengan tanpa kurang suatu apapun.
Beberapa foto yang sempat diambil pada saat sunrise dan kebahagiaan kami diatas sana :
tak berhenti disitu saja, tapi beberapa pemandangan yang tidak kalah luar biasa menemani perjalanan kami selama kami turun dan kembali ke penginapan tulip untuk bersiap kembali ke realita sebenarnya :
Kembali ke Realita = Jakarta.
terasa singkat apabila dibaca tulisan mengenai trip kali ini (panjangan drama yang aku tambahkan saja :p) tapi sungguh menyenangkan, pemandangan yang indah, bersama orang-orang yang menyenangkan.. kalau kata" anak jaman sekarang "gak ada obat" hahhaha..
kembali kami naik kereta kembali ke jakarta, Erika turun di bandung, dan masing-masing kami pada hari senin subuh 20 April 2015 itu bersiap-siap untuk kembali bekerja.
1-2 agustus nanti akan ada festival dieng dan kata pemandu gunung kami, udara pada saat itu akan mencapai 1-3 derajat.. so, apabila ada kesempatan, akupun ingin kembali lagi kesana.. :)
Terimakasih untuk mas Jamal dan NgetripMulu untuk menemani kami trip ke dieng ya..
oh ya.. waktu itu kami ber-16 dengan biaya Rp. 548.000,- per orang.